Teladan Para Imam: Beda Mazhab Tetap Bersahabat

Notification

×

Iklan

Iklan

Teladan Para Imam: Beda Mazhab Tetap Bersahabat

24 September 2024 | 13:59 WIB Last Updated 2024-09-24T06:59:33Z


WELASASIHMEDIA.ID --
Islam ialah salah satu agama yang kaya dengan produk hukum, sehingga dalam khazanah yurisprudensi Islam kita sering mendengar kata Madzhab.  


Lantas, apa itu Madzhab? Sederhananya, Madzhab ialah jalan atau tempat yang dilalui sebagai hasil ijtihad seorang imam atau ulama’ tentang hukum suatu masalah yang belum ditegaskan dalam Al-Quran maupun Hadits. 


Perlu diingat, bahwa masalah yang menggunakan metode ijtihad tersebut hanyalah masalah-masalah dzanni (prasangka), bukan qath’i (pasti). 


Itulah kenapa sering terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan hukum dari setiap Madzhab. Karena permasalahan-permasalahan dzanni yang lebih banyak berkembang di masyarakat, maka muncullah berbagai Madzhab dalam Islam. 


Setiap Madzhab tersebut tak jarang ada perbedaan dalam menentukan putusan hukum meskipun kadangkala berdasarkan pada landasan sumber teks yang sama, karena pemahaman yang berbeda dalam memaknainya. Tetapi, adakalanya perbedaan itu disebabkan landasan sumber teks yang berbeda. 


Bukankah kata pepatah dijelaskan, “Banyak jalan menuju Roma”?


Semoga saja dengan hadirnya setiap perbedaan yang terjadi dapat mengantarkan kita sama-sama menuju Sang Pemilik Jalan, Allah Swt. Karena tujuan semua umat Islam ialah sama, yakni menuju satu Tuhan dengan jalan yang berbeda! 


Yang pasti, meskipun kita berbeda tapi harus saling menghargai...jauhi caci maki ya, sebab Imam Madzhab pun; mereka saling menghargai, menghormati dan hidup berdampingan tanpa permusuhan. 


Kita bisa meneladani bagaimana sikap keempat imam Madzhab yang saling menghargai di dalam perbedaan pendapat. Dan kita semakin sadar bahwa perbedaanlah yang membuat kita kuat, bukan malah memecah belah dan membuat kita lemah.


Sungguh malu rasanya setelah mengetahui betapa kerdilnya kita, yang dengan angkuhnya terkadang merasa diri benar sendiri. Sementara keempat imam Madzhab yang sudah teruji keilmuan dan akhlaknya ini pun masih begitu menghargai orang lain yang berbeda pendapat dengannya.


Semoga Allah SWT memberikan kita keluasan ilmu seperti beliau-beliau, dan juga kelapangan hati yang bisa menerima perbedaan. Dan, semoga Allah mengampuni segala dosa kita yang disengaja ataupun yang tak disengaja karena pernah merasa diri lebih baik dari orang-orang yang berbeda dengan kita.


Sebagaimana Firman Allah SWT:“Jika kamu berselisih, berlainan pendapat maka kembalilah kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. An-Nisa’: 59.)


Agama Islam yang diturunkan Allah, melalui Nabi Muhammad, bukanlah agama yang diturunkan untuk memecah belah umat manusia. Namun, Islam diturunkan untuk mempersatukan umat manusia dalam keindahan dan kedamaian. 


Perbedaan di antara kita janganlah dijadikan alasan untuk saling membenci, tapi jadikanlah alasan untuk saling mengasihi dan mencintai. Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma, berujar, “Bhineka Tunggal Ika – berbeda-beda, tetap satu tujuan.” 


Apalagi kita tinggal di Indonesia, bangsa yang paling majemuk di antara bangsa-bangsa yang lain. Berdasarkan hasil sensus BPS tahun 2010, bangsa kita memiliki 1.340 suku bangsa dan 1.211 bahasa daerah. Dengan jumlah suku bangsa yang begitu banyak, seharusnya menjadikan kita jauh lebih bisa menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.


Kita dibekali akal oleh Allah SWT, dengan potensi yang berbeda-beda, selera bacaan buku yang berbeda-beda, dan jika di kemudian hari terdapat perbedaan pendapat di antara kita itu menjadi hal yang wajar. 


Namun, yang harus kita camkan lebih dalam lagi ialah bagaimana cara dan sikap kita ketika bertemu dengan perbedaan pandangan tersebut.


Allah Swt., berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 10)


Ya, perbedaan ada untuk supaya kita saling mengenal. Begitulah Allah menciptakan kita dengan bermacam suku bangsa, agar kita bisa saling mengenal dan menghargai satu sama lain. Di dalam Agama Islam tentu kita sudah mengenal ada empat Madzhab besar yang menjadi tuntunan bagi seorang muslim saat hendak melakukan ibadah ataupun muamalah. 


Keempat Madzhab besar itu ialah; Madzhab Hanafi (Imam Abu Hanifah), Madzhab Maliki (Imam Malik), Madzhab Syafi’i (Imam Syafi’i), dan Madzhab Hanbali (Imam Ahmad Ibn Hanbal). 


Tahukah kamu, bahwa setiap Imam dari Madzhab-Madzhab tersebut semasa hidupnya saling menghargai dan memuji satu sama lain, sekalipun memiliki perbedaan pendapat? Beliau para Imam Madzhab tak pernah sakalipun merasa lebih baik atau lebih unggul dari imam-imam Madzhab yang lain. Bahkan Imam Syafi’i pernah menuliskan sebuah sajak atau syair pengagungan terhadap Imam Abu Hanifah.


Seperti merekalah seharusnya kita hidup; saling menghargai satu sama lain, dengan rasa rendah hati yang tak menganggap diri sendiri paling benar. Alangkah indahnya jika dari perbedaan-perbedaan, kita bisa menemukan sesuatu yang baru, sesuatu yang bisa jadi membuat kita lebih dekat dengan Allah.


Jika saat ini kita bisa melihat suatu persoalan agama dari berbagai sudut pandang, tak lain dan tak bukan itu semua berkat adanya perbedaan pendapat antar Imam Madzhab dan Ulama-ulama terdahulu. Perbedaan pendapat di antara mereka telah menjadi rahmat bagi kita yang hidup hari ini.  


Karena itu, marilah kita jaga rahmat yang diberikan dari perbedaan pendapat para Ulama terdahulu dengan cara tidak saling bertikai satu sama lain hanya karena adanya perbedaan pendapat. 


Biarlah perbedaan pendapat itu menjadi satu alasan bagi kita untuk saling bersatu dan menguatkan, untuk saling bahu membahu dalam peradaban, dan saling berlomba dalam kebaikan. 


Sebagai seorang muslim tentu tak asing bagi kita saat mendengar tentang empat imam Madzhab, yang melalui ilmu mereka kita semua meniti jalan keberkahan, dengan Fiqh mereka kita meniti lika-liku kehidupan, dan dengan akhlak mulia mereka kita meneladaninya. 


Mereka adalah empat serangkai imam Madzhab terbesar di dunia Islam, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad Ibn Hanbal. Masing-masing dari imam tersebut, menjadi inspirator lahirnya empat Madzhab fiqh Islam, yakni Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafii, dan Madzhab Hanbali.  ***(SAB)